Selepas pantai. Sejengkal laut biru kalau kurentang telapak tangan di atas peta.
Ketika jarak meregang dan nafas mendalam. Bahwa sebenarnya Tuhan sedang menyajikan sebuah ruang. Continue reading
Selepas pantai. Sejengkal laut biru kalau kurentang telapak tangan di atas peta.
Ketika jarak meregang dan nafas mendalam. Bahwa sebenarnya Tuhan sedang menyajikan sebuah ruang. Continue reading
Waktu kecil dulu mereka menertawakan
Mereka panggilku gajah, ku marah
Kini baru ku tahu puji di dalam olokan
Mereka ingatku marah
Jabat tanganku panggil aku gajahKau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila gajah jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku Continue reading
“Kenapa Deni gak kuliah?”
“Dia mah udah males kuliah. Toh dia udah punya penghasilan. Perhari aja hitungannya sudah jutaan.” Jawabnya lengkap. Continue reading
Setahun belakangan – Indekos – Bandung
Bangun tidur. Kucek-kucek mata. Guling-guling. Buka leptop. Lampu modem kedip-kedip. Buka Google Chrome. Melipir ke member area. Nongkrong di dashboard. Klik new post. Sepuluh jari menari-nari di atas keyboard leptop. Isi kepala berdendang ria, mengeja setiap lafal aksara untuk membahasakan seluruh keinginan jiwa sampai raga. Alhasil, 2-4 posting dalam sehari. Continue reading
Apa bedanya? Kebersamaan atau kesetaraan?
Kondisiku saat ini sedang membanting paradigma kolot yang gak sengaja tumbuh dalam otak ketika aku masuk dunia perkuliahan dan organisasi kampus. Continue reading
Pernah suatu ketika aku marah. Kemudian aku cepat lari buka leptop. Buka dashboard. Satu-satunya pelampiasan yang bisa aku lakukan. Untuk teriak aku gak punya daya buka mulut lebih dari 2,5 jari, rahangku cacat. Untuk banting barang aku gak punya sepasang lengan yang kokoh. Badanku kerontang. Continue reading
Seorang teman bicara tentang sebuah bahasa dan maksud sebuah tulisan. Tulisanku. Dia bilang terlalu banyak perumpamaan dan timbul sebuah kekhawatiran. Bagaimana jika pembaca tidak memahami maksud dari tulisanku? Continue reading
Aku suka sore. Dimanapun. Langit Bandung kala itu. Semerbak khas angin sejuk kota Bandung. Menghantam bersama laju sepeda motor di atas fly over.
Aku gak paham garis. Termasuk yang sudah digariskan semesta. Bahkan penyayangku juga enggan mengerti. Sama-sama gak mengindahkan selain bahasa yang manusia buat sendiri.