Niatnya, sesampai di apartemen. Cepat-cepat menanggalkan tas dan pergi ke kamar mandi. Membilas tubuh dengan air hangat nampak menggiurkan. Tapi niatnya menguap entah kemana. Baru membuka pintu, ia terpana cukup lama. Ada sepucuk surat terselip di bawah daun pintu. Ketika jemari menyambut, ukuran amplop tidak seperti biasanya. Ada plastik transparan membungkus di bagian luar. Sepertinya lembar di dalam amplop cukup tebal. Continue reading
Category Archives: Sejarah
Kamu Sejarahku #9
Berkali-kali Gerald tatapi wanita di sisinya. Menikmati belaian angin sore yang turut memainkan sebagian anak rambutnya. Menari-nari. Selebihnya berayun-ayun di tempat. Sesekali menunduk dan mendapati anak ombak terkecil menyapa ujung sepatu kanvasnya. Namun ia rela sepatunya sedikit basah. Mela menikmati pertunjukan sore oleh sang pemilik drama alam. Continue reading
Bertemu Lagi #8
“Original Chocolate?”
“Terima kasih.” Sahutnya spontan.
Dari meja barista ia beralih pada seisi café bertema hangat. Interior penuh dengan susunan kayu yang didesain sedemikian rupa. Sore itu tak terlalu ramai. Baru pukul 3 sore. Mungkin akan penuh sesak dengan pengunjung saat menjelang sunset. Continue reading
Karena Kidal #7
“Gerald~~ Ini permohonanku yang terakhir.”
Gerald masih membisu. Antara ingin menyumpal telinganya atau mencari penjelasan yang lebih masuk akal agar Mela enggan melengkapi kalimatnya. Namun ia tak kuasa memutuskan sambungan langsung jarak amat jauh. Setelah sekian lama berkutat dengan jarak semenjak Mela mengikuti keinginan keluar besar di belahan dunia yang lain. Saat ia tertidur maka Mela terjaga, begitu juga sebaliknya. Mengantarkan hubungan yang lebih mirip main kucing-kucingan. Continue reading
Bukan salah Ben #6
“Antrian sudah mau habis tuh, buruan.” Seru Benjamin.
“Makasih banyak ya, Ben.” Gerald menepuk bahu Benjamin dan berlalu. Continue reading
Bertemu Benjamin #5
Sampailah pada sesi yang telah ditunggu-tunggu oleh para tamu undangan, termasuk Gerald. Pemberian tanda tangan dan foto bersama penulis. Continue reading
Lagu Mela #4
Pertanyaan berikutnya mulai berdatangan. Seperti yang telah Mela lakukan. Begitu pertanyaan selesai diucap, Mela mengatur nafasnya dan menjawab dengan sangat tenang. Sedangkan Benjamin? Ia hanya bertugas sebagai penentu siapa penanya berikutnya. Continue reading
Launching Buku Pertama #3
Pintu ball room tertutup. Gerald mempercepat langkahnya. Menghampiri meja registrasi. Mengisi buku tamu. Pulpen menari di tangan kirinya. Ternyata pintu tak tertutup sempurna. Ada celah. Dari sana suara microphone merambat dan mendarat di pendengaran Gerald. Suara yang sudah cukup lama ia kenal. Itu suara Benjamin. Continue reading
Kemeja Biru Langit #2
Masih di depan cermin. Gerald bergulir pada kemeja di tubuhnya. Kemeja lengan panjang. Bukan kemeja pemberian Mela, tapi warnanya cukup mirip. Biru langit. Continue reading
Potongan Rambut #1
Hari ini adalah hari besar Mela. Setelah berlalu, akan membekas jadi sejarah hidupnya.
Jauh-jauh hari Gerald sudah tandai bulatan merah di kalender. Bahwa hari ini adalah perayaan besar untuk Mela. Sebuah peluang sedikit memaksa untuknya. Ia pun tak banyak yakin, namun masih berniat untuk mencoba. Continue reading