Ragu kalau dalam waktu hitungan jam aku tetap bisa pergi ke sana. Tapi tetap gak akan tau kalau gak dicoba. Sayangnya hari itu teman-teman Dalang 27 sudah punya jadwal masing-masing. Mau coba bujuk dengan cara apa pun yah percuma. Kan aku sudah bilang, aku datang di tengah momen-momen akademik yang sakral. Alhasil aku cuma pergi berdua sama Rahmat. Kebetulan penelitiannya gak berlaku di hari sabtu. Waktu itu 19 Januari 2012.
Tag Archives: blog
Epilog
Kaki sudah berkutat dalam rotasi yang sama. Realita dan kehidupan nyata. Kerja praktek dan tugas akhir juga sudah menyapa di ujung jalan akademik sana. Melambaikan tangan, tergesa-gesa ingin menyucapkan selamat datang.
Semarang Jeng… Jeng… Jeng… #39
Senja sudah selesai. Semarang hujan. Tau dari mana? Bulir-bulir air di jendela pesawat terluar gak bohong. Pesawat baru selesai landing, sudah parkir pula dengan sempurna.
Dari Mas Johan #1
Satu pertanyaan sederhana. Waktu itu aku tanya ke salah satu teman beswan yang lebih dulu bergabung di dunia perbeswanan ehhehehe (aku gak mau sebut senior beswan atau apalah). Namanya Masjo. Eh bukan, Johan Tectona. Aku yang manggil dia Masjo.
Genre
Masalah genre tulisan aku gak pernah milih atau menentukan. Apa yah? Refleks. Setiap kali aku menulis maka yang tertulis sudah berbentuk narasi. Dari bahasa, banyak yang bilang bahasa penulisanku seperti novel. Memang aku terbiasa dengan bacaan novel. Entah disebut apa genre tulisanku ini. Sejauh yang aku tau hanya narasi. Ya, narasi. Karena aku terbiasa dengan setting.
Blog
Berjalannya waktu. Aku masih tetap menulis. Laporan praktikum dan tugas besar mata kuliah perencanaan. Mata kuliah sulap, bagaimana caranya meramalkan pertumbuhan penduduk sampai puluhan tahun kedepan? Memang masih menulis, tapi gak lagi tentang keluh kesah. Pola pikir mengalami banyak perubahan. Berkembang pesat. Karena aku juga sudah cukup lama keluar dari rumah. Aku kuliah di luar kota.
Cerita Bumi
Hai bumi, sahabatku. Apa kabar? Aku dengar kini keadaanmu memburuk. Aku dengar dari orang lain. Dari sosial media. Dari buku. Dari dosen. Dari berbagai sumber. Tapi aku ingin dengar langsung darimu, bumi? Ceritakan padaku.
When I Feel Comfort With This #2
Jera! Jera! Jera! Gak usah pasang telinga. Gak ada yang perlu di dengar. Salahku juga pasang hati, kayak yang tangguh aja si hati jadi tameng. Aku pasang mata waktu itu. Jadi aku bisa melihat. Dan kacau.
When I Feel Comfort With This
Introvert dan extrovert. Bisa dibilang aku memiliki keduanya. Hanya saja masalah waktu dan penempatan. Extrovert, saat bertemu dengan orang-orang baru yang (menurutku) menyenangkan dan aku bebas bertingkah sesuai dengan kepribadianku. Teramat-sangat introvert ketika berhadapan dengan hal yang (menurutku) gak penting . Biasanya introvert ini kambuh di zona tak nyaman. Sepertinya wajar tapi aku punya kriteria tentang zona tersebut.